Pendidikan Jasmani dalam Literasi Fisik

 

PENDIDIKAN JASMANI

Pendidikan Jasmani adalah sebuah pendidikan yang mengedepankan aspek kebugaran jasmani manusia, hubungan antara perkembangan fisik dan kemampuan gerak secara meyeluruh. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan bagian rekontruksi dari sistem pendidikan nasional secara menyeluruh. Dalam hal ini tingkat kemajuan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di satuan pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan berjalan berjalan dengan baik (Junaedi & Wisnu, 2016). Pendidikan Jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, sosial dan emosional.Lebih jauh ditegaskan bahwa, Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang memfokuskan pengembangan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani (Anwar, 2015).

Tabel 1. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani SD/MI

 


Tabel 2. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani SMP/MTS



Tabel 3. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani SMA/MA



LITERASI FISIK

Literasi fisik adalah bagian yang tak terlupakan dalam konsep penggembangan pendidikan jasmani disekolah, literasi fisik harus dilakukan dan menjadi sebuah ketercapai yang melihat proses perkembangan secabaik baik dalam pengembangan listerasi fisik disekolah. Konsep literasi fisik telah banyak digunakan dinegara maju. Literasi fisik telah ditetapkan sebagai tujuan dalam pendidikan dan yang terpenting adalah implikasi dari konsep literasi fisik (Nur & Aprilo, 2021) . Literasi fisik diartikan sebagai pondasi dalam pembentukan perilaku, kesadaran, pemahaman tentang pola hidup aktif, kesenangan dalam melakukan aktivitas, kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menginterpretasikan, merespon secara efektif dalam pemanfaatan kemampuan gerak tubuh dalam konteks yang luas dan bervariasi(Gustian, 2020)

Literasi Fisik diartikan sebagai motivasi, kepercayaan diri, kompetensi fisik, pengetahuan dan pemahaman untuk menghargai dan bertanggung jawab atas keterlibatan dalam aktivitas fisik seumur hidup. Konsep literasi fisik telah menjadi terkenal dalam beberapa tahun terakhir, di banyak negara yang berbeda. Organisasi pendidikan dan peneliti di seluruh dunia berpendapat bahwa literasi fisik harus diberikan nilai pendidikan yang sama dengan literasi dan numerasi (Friskawati & Stephani, 2021).

Literasi fisik secara sederhana adalah kompetensi,  kepercayaan diri, pengetahuan, dan motivasi untuk terlibat  dalam aktivitas fisik seumur hidup. Peningkatan  perilaku menetap  melalui erosi bermain tidak terstruktur, ketergantungan yang lebih besar pada teknologi dan  perubahan sifat pekerjaan (dari fisik ke mental) adalah beberapa elemen yang tidak hanya mengurangi tingkat aktivitas fisik di kalangan anak-anak, remaja, dan orang dewasa, tetapi juga  mempengaruhi pengembangan literasi fisik.

 

 

 

Gambar. 1. Fisik, Aktivitas Fisik, dan Kesehatan

(sumber : Cholin Hid, Balyi Istvan dkk.  (2019) Devloping Phisical Literasi. Sport For Life Sociecty)

 

Literasi fisik menjadi dasar kemampuan hidup dihari tua yang lebih layak dimana masa permbentukan listerasi fisik dimulai dari dini yaitu masa anak-anak, masakan remaja, masa dewasa dan masa usiai tua. Perkembangan lietarsi fisik sendiri berhubungan dengan kesehatan secara mental dan kesehatan secara sosial.


Gambar. 2. Kondisi aktifisik & olahraga masyarakat Indonesia

(sumber : Kemenpora edit sportex.id )

Dalam sebuah pemaparan yang dilakukan oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga memberikan sebuah gambaran tentang partisipasi olahraga, tingkat kebugaran dan ruang publik yang ada di Indonesia. Partisipiasi olahraga masyrakat saat ini 34% yang aktif berolahraga akan tetapi untuk pelajar sendiri hanya berkisar 2,1% tingkat keaktifan dalam melakukan kegiatan berolahraga. Tingkat kebugaran jasmani dikategorikan 2 dari 10 orang masyrakat yang bugar, serta 0,14 pelajara dalam kategori sangat bugar artinya 99,86% siswa di Indonesia dalam kategori tidak bugar, ini sendiri menjadi sebuah gambaran bahwasannya kefektifan pendidikan jasmani di sekolah belum baik. Ruang terbuka hijau tersedia 24% ini sellu menjadi catatan dimana pemerintah wajib memberikan sebiah fasilitas ruang terbuka hijau agar masyarakt dapat melakukan aktifitas olahraga secara baik.

 

KETERKAITAN PENDIDIKAN JASMANI DAN LISETRASI FISIK

Peran pendidikan jasmani sangat penting dalam pembentukan litrasi fisik pada anak, dimana aspek kognitif, afektif dan psikomotor ada dalam tujuan pendidikan jasmani. Dengan menguatkan literasi fisik pada anak diharapkan dapat memberikan motivasi dan percaya diri serta antusias untuk tetap melakukan aktivitas fisik. Dengan anak melakukan aktivitas fisik maka akan meningkatkan imunitas tubuh, sehingga tubuh anak akan tetap bugar dan menjaga kesehatan. Harus disadarkan bahwa aktifitas fisik itu penting untuk menjaga kesehatan terutama dimasa pandemi saat ini Peran pendidikan jasmani sangat penting dalam pembentukan litrasi fisik pada anak, dimana aspek kognitif, afektif dan psikomotor ada dalam tujuan pendidikan jasmani. Dengan menguatkan literasi fisik pada anak diharapkan dapat memberikan motivasi dan percaya diri serta antusias untuk tetap melakukan aktivitas fisik. Dengan anak melakukan aktivitas fisik maka akan meningkatkan imunitas tubuh, sehingga tubuh anak akan tetap bugar dan menjaga kesehatan. Harus disadarkan bahwa aktifitas fisik itu penting untuk menjaga kesehatan terutama dimasa pandemi saat ini.

Guru pendidikan jasmani harus betul-betul menyadari bentuk gerakan yang mereka rancang, agar dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam pendidikan jasmani dengan berbagai konteks gerakan. Hal ini berarti bahwa konten pendidikan jasmani tidak hanya fokus pada pengalaman aktivitas fisik saja, namun juga harus mempertimbangkan perkembangan kompetensi yang bermakna dan bermanfaat bagi peserta didik disetiap gerakannya, dengan menyeimbangkan kualitas dan kuantitas. Waktu yang terlalu lama akan mengakibatkan kebosanan, sedangkan waktu yang terlalu sedikit tidak akan memberikan hasil yang berarti bagi peserta didik.

Manfaat  kesehatan  fisik dan mental dari aktivitas fisik secara teratur  sudah mapan dalam literatur penelitian. Karena individu yang kurang  memiliki keterampilan, kepercayaan diri, kompetensi, dan pengetahuan untuk aktif secara fisik cenderung kurang berpartisipasi dalam aktivitas fisik, literasi fisik dianggap sebagai pintu  gerbang  aktivitas fisik. Akibatnya, literasi fisik itu sendiri merupakan penentu kesehatan melalui pengaruh positifnya terhadap aktivitas fisik.  Dr. John Cairney dan rekan menerbitkan  model berbasis bukti yang menunjukkan  hubungan antara  literasi  fisik,  aktivitas fisik, dan hasil kesehatan sepanjang  perjalanan hidup. Literasi jasmani perlu dikembangkan secara aktif karena tidak dapat diasumsikan terjadi secara alami sebagai bagian dari pertumbuhan normal. Sementara bagian dari solusi adalah untuk  memberikan kesempatan yang lebih besar untuk bermain  tidak terstruktur dan aktivitas berisiko, penting untuk diingat  bahwa orang-orang dari segala usia tidak secara bawaan 

mengembangkan motivasi, kepercayaan diri, kompetensi fisik, pengetahuan dan pemahaman untuk  menghargai dan bertanggung jawab untuk  aktif kehidupan. Oleh karena itu, literasi fisik harus  dipupuk, didukung, dan didorong. Ini berarti kita perlu mencari cara untuk mendukung perjalanan literasi fisik unik setiap orang sepanjang perjalanan hidup




Gambar. 3. Elemen inti lisetarsi fisik

(sumber : Cholin Hid, Balyi Istvan dkk.  (2019) Devloping Phisical Literasi. Sport For Life Sociecty)

 

 

Dalam kajian yang dilakukan di Negara Kanda terdapat beberapa elemen ini literasi berhubungan dengan aspek afektif, fisik, koginitif prilaku. Berhubungan hal diatas kita bisa melihat bahwasannya lieterasi fisik itu sndiri tidak selalu tetang kemampuan gerak saja, berikut gambaran yang dilakukan dalam pendidikan jasmani disekolah bagi masyarakt Indonesia.

Tabel. 4

Capain pembelajaran Siswa dalam Pendidikan Jasmani dalam Kajian literasi Fisik

 

KOGINITIF

AFEKTIF

FISIK

PRILAKU

-          Pengetahuan

-          Pemahaman

-          Aplikasi

-          Analisis

-          Evaluasi

-          Penerimaan

-          Responding

-          Penilaiaiin

-          Pengorganisasian

-          Karakterisitik

Gerak dasar

-          Lokomotor

-          Non lokomotor

-          Manipulatif

 

Biomotor

-          Daya tahan

-          Kekuatan

-          Kelincahan

-          Kecepatan

-          Flexibilitas

-          Keseimbangan

-          Reaksi

 Sepesifikaasi gerak kecabangan

-          Saling menghargai

-          Tanggung Jawab

-          Disiplin

-          Kerja Keras

-          Jujur

 

Capain pembelajaran dalam proses pendidikan jasmani harus memenuhi keempat komponen pembelajaran yaitu koginitif siswa, afektif, fisik, dan prilaku siswa. Aspek koginitif berhubungan dengan bagiamana pengthuan, pemahahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi. Aspek afektif bagaimana penerimaan siswa, responding, penilaian, pengorganisasian dan karekteristik siswa. Aspek fisik berhubungan dengan gerak dasar, bimotor dan  kemampuan spesifik cabang olahraga. Aspek prilaku berhubungan dengan slaing menghargai, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, jujur.

 


            Gambar. 4. Pengembangan Literasi fisik Fundamental skil

( sportex.id )

Gambar ditas membrikan sebuah gambaran besar bagaimana tentang konsep literasi fisik dimulai dari rumah, sekolah, club cabot serta pertumbuhan berdasarkan kelompok usia apa saja yang harus dikembangkan dan siapakan agar menciptkan litarasi fisik yang baik.

Tabel 5. Pendidikan Jasmani dan Literasi Fisik disekolah

KELOMPOK SEKOLAH

LITERASI FISK

Sekolah Dasar

-          Berjalan

-          Keseimbangan

-          Berlari

-          Melompat

-          Melempar

-          Menendang

-          Memukul

Sekolah Menengah Pertama

-          Menendang

-          Melompat

-          Skiping

-          Memukul

-          Gerak dasar Sepesifik Kecabangan

Sekolah Menengah Atas

-          Bersepeda

-          Berengan

-          Kemampuan spesifik kecabangan olahraga

Perguruan Tinggi

-          Memberikan kemampuan secara sepesifik dalam melakukan gerakan dasar

-          Memberikan kemampuan secara sepsfisik dalam kemampuan kecabnagan olahraga

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M. H. (2015). Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar Sebagai Wahana Kompensasi Gerak Anak. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 3(1), 45–53. https://journal.uny.ac.id/index.php/jpji/article/view/6171

Cholin Hid, Balyi Istvan dkk.  (2019) Devloping Phisical Literasi. Sport For Life Sociecty

Friskawati, G. F., & Stephani, M. R. (2021). Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga Analysis Research Trends of Physical Literacy in Indonesia Affiliation2 : Physical Education Teacher Education for Elementary School , Universitas. 5(2), 1–7.

Gustian, U. (2020). Permainan tradisional: suatu pendekatan dalam mengembangkan physical literacy siswa sekolah dasar. Jurnal SPORTIF : Jurnal Penelitian Pembelajaran, 6(1), 199–215. https://doi.org/10.29407/js_unpgri.v6i1.14252

Junaedi, A., & Wisnu, H. (2016). Survei Tingkat Kemajuan Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan Di Sma, Smk, Dan Ma Negeri Se-Kabupaten Gresik. Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, 3(3), 834–842.

Nur, M., & Aprilo, I. (2021). Analisis pengetahuan literasi fisik anak usia 8-12 tahun pada pembelajaran pendidikan jasmani. Proceedings of National Seminar “Penguatan Riset, Inovasi, Dan Kreativitas Peneliti Di Era Pandemi Covid-19,” 1472–1486.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JADI PNS ? TIDAK HARUS PINTAR !!!

Konsep Dasar Pendidikan Jasmani